dampak demokrasi

Dampak Positif dan Negatif Demokrasi
Dampak
positif
-rakyat bebas mengeluarkan aspirasi sebab ada undang-undang ygmelindunginya-melatih rakyat untuk menyelesaikan masalah dengan musyawarah-kekuasaan ada ditangan rakyat,, jadi tidak ada pemimpin yangsewenang-wenang / ototriter-pemerintahan lebih terbukaDampak
negatif
-sering terjadi demo, dapat melemahkan posisi negara / pemerintah-kenyataannya demokrasi di indonesia tidak berpihak pada rakyat,,contohnya dalam pemilu,, suara terbanyak adalah suara rakyat yangmenerima uang,dengan kata lain, teori demokrasi yang mengatakan "kekuasaantertinggi ada ditangan rakyat" adalah salah. yang benar adalah"kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat yang ber uang"

sumber : http://www.scribd.com/doc/54687313/Dampak-Positif-Dan-Negatif-Demokrasi Read More..

perkembangan demokrasi

akhir milenium kedua ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Rejim Orde Baruyang telah berkuasa selama 32 tahun yang dipimpin oleh Soeharto akhirnya tumbang.Demokrasi Pancasila versi Orde Baru mulai digantikan dengan demokrasi dalam artisesungguhnya. Hanya saja tidak mudah mewujudkan hal ini, karena setelah Soehartotumbang tidak ada kekuatan yang mampu mengarahkan perubahan secara damai,bertahap dan progresif.
Yang ada justru muncul berbagai konflik serta terjadi perubahangenetika sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari pengaruh krisis moneter yangmenjalar kepada krisis keuangan sehingga pengaruh depresiasi rupiah berpengaruhsignifikan terhadap kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. Inflasi yang dipicu kenaikanharga bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh kepada kualitas kehidupan masyarakat.
Rakyat Indonesia sebagian besar masuk ke dalam sebuah era demokrasisesungguhnya dimana pada saat yang sama tingkat kehidupan ekonomi mereka justrutidak lebih baik dibandingkan ketika masa Orde Baru.Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi.Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasiterpimpin, ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikandemokrasi terpimpin. Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalammasa transisi.Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnyabisa memberikan pelajaran berharga bagi kita.
Demokrasi liberal ternyata pada saat itubelum bisa memberikan perubahan yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian,berbagai kabinet yang jatuh-bangun pada masa itu telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam memimpin namun mudahdijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya. Sementara demokrasi terpimpinyang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat terlalu lamanya konstituantemengeluarkan undang-undang dasar baru) telah memperkuat posisi Soekarno secara absolut.
Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan Indonesia di forumInternasional yang diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan Soekarno sertamunculnya Indonesia sebagai salah satu kekuatan militer yang patut diperhitungkan diAsia. Namun pada sisi lain segi ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat berbagaikebijakan politik pada masa itu.Lain pula dengan masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto. Stabilitaskeamanan sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namuntingkat kehidupan ekonomi rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilaitukar dan alokasi subsidi BBM sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titikketerjangkauan masyarakat secara umum. Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin parah menjangkiti pemerintahan.
Lembaga pemerintahanyang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif terkena virus KKN ini. Selain itu,pemasungan kebebasan berbicara ternyata menjadi bola salju yang semakin membesaryang siap meledak. Bom waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan ledakannya terjadipada bulan Mei 1998.Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan harga barang dan jasa beberapakali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan dan politik serta KKNbersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil yangjumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di matainternasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat.Namun demikian, demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia memperlihatkanbeberapa kemajuan dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Pemilihan umum dengandiikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan yang harus dicatat. Disamping itupemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala daerahsecara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia. Diluarhal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi dimasyarakat juga semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhanmereka di depan publik sehingga masalah-masalah yang selama ini terpendam dapatdiketahui oleh publik. Pemerintah pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukanpenyimpangan dan bisa diajukan ke pengadilan bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik.
Jika diasumsikan bahwa pemilihan langsung akan menghasilkan pemimpin yang mampumembawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik, maka seharusnya dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengalami peningkatan taraf kesejahteraanmasyarakat. Namun sayangnya hal ini belum terjadi secara signifikan. Hal ini sebagaiakibat masih terlalu kuatnya kelompok yang pro-KKN maupun anti perbaikan.Demokrasi di Indonesia masih berada pada masa transisi dimana berbagai prestasi sudahmuncul dan diiringi ”prestasi” yang lain. Sebagai contoh, munculnya KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) dirasakan mampu menimbulkan efek jera para koruptordengan dipenjarakannya beberapa koruptor.
Namun di sisi lain, para pengemplang danabantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI) mendapat pengampunan yang tidak sepadandengan ”dosa-dosa” mereka terhadap perekonomian.Namun demikian, masih ada sisi positif yang bisa dilihat seperti lahirnya undang-undangsistem pendidikan nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen.Demikian pula rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang masihdibahas di parlemen. Rancangan undang-undang ini telah mendapat masukan dandukungan dari ratusan organisasi Islam yang ada di tanah air. Hal ini jugamemperlihatkan adanya partisipasi umat Islam yang meningkat dalam perkembangandemokrasi di Indonesia. Sementara undang-undang sistem pendidikan nasional yang telahdisahkan parlemen juga pada masa pembahasannya mendapat dukungan yang kuat dariberbagai organisasi Islam.
Sementara itu, ekonomi di era demokrasi ternyata mendapat pengaruh besar darikapitalisme internasional. Hal ini menyebabkan dilema. Bahkan di tingkat pemerintah,ada kesan mereka tunduk dibawah tekanan kapitalis internasional yang tidakdiperlihatkan secara kasat mata kepada publik namun bisa dirasakan.Tantangan dan HarapanAmartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan bahwa demokrasi dapatmengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan terbukti bila pihak legislatif menyuarakanhak-hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutif melaksanakan program-programyang efektif untuk mengurangi kemiskinan. Sayangnya, dalam masa transisi ini, hal itubelum terjadi secara signifikan.
Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat kesejahteraanekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah, demokrasi belum memberikan dampak ekonomi yang positif buat mereka. Inilah tantangan yang harusdihadapi dalam masa transisi. Demokrasi masih terkesan isu kaum elit, sementaraekonomi adalah masalah riil kaum ekonomi bawah yang belum diakomodasi dalam proses demokratisasi. Ini adalah salah satu tantangan terberat yang dihadapi bangsaIndonesia saat ini.Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia. Dengandemikian ia merupakan fitrah yang harus dikelola agar menghasilkan output yang baik.Setiap manusia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berkumpul, berserikat danbermasyarakat.
Dengan demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main.Aturan main tersebut sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalamundang-undang maupun peraturan pemerintah.Di masa transisi, sebagian besar orang hanya tahu mereka bebas berbicara, beraspirasi,berdemonstrasi. Namun aspirasi yang tidak sampai akan menimbulkan kerusakan. Tidaksedikit fakta yang memperlihatkan adanya pengrusakan ketika terjadinya demonstrasimenyampaikan pendapat. Untuk itu orang memerlukan pemahaman yang utuh agarmereka bisa menikmati demokrasi.Demokrasi di masa transisi tanpa adanya sumber daya manusia yang kuat akanmengakibatkan masuknya pengaruh asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Iniadalah tantangan yang cukup berat juga dalam demokrasi yang tengah menapak.Pengaruh asing tersebut jelas akan menguntungkan mereka dan belum tentumenguntungkan Indonesia. Dominannya pengaruh asing justru mematikan demokrasi itusendiri karena tidak diperbolehkannya perbedaan pendapat yang seharusnyamenguntungkan Indonesia. Standar ganda pihak asing juga akan menjadi penyebabmandulnya demokrasi di Indonesia.Anarkisme yang juga menggejala pasca kejatuhan Soeharto juga menjadi tantangan bagidemokrasi di Indonesia. Anarkisme ini merupakan bom waktu era Orde Baru yangmeledak pada saat ini. Anarkisme pada saat ini seolah-olah merupakan bagian dari demonstrasi yang sulit dielakkan, dan bahkan kehidupan sehari-hari.
Padahal anarkismejustru bertolak belakang dengan hak asasi manusia dan nilai-nilai Islam.Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan manfaatsebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa. Misalnya saja, demokrasibisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya mampumengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa menghasilkanpemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti masalahkesehatan dan pendidikan.Tidak hanya itu, demokrasi diharapkan mampu menjadikan negara kuat. Demokrasi dinegara yang tidak kuat akan mengalami masa transisi yang panjang. Dan ini sangatmerugikan bangsa dan negara.
Demokrasi di negara kuat (seperti Amerika) akanberdampak positif bagi rakyat. Sedangkan demokrasi di negara berkembang sepertiIndonesia tanpa menghasilkan negara yang kuat justru tidak akan mampumensejahterakan rakyatnya. Negara yang kuat tidak identik dengan otoritarianismemaupun militerisme.Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi mereka sertabidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka celah berkuasanya para pemimpin yangpeduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin yang buruk. Harapanrakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini adalah harapan dariimplementasi demokrasi itu sendiri.
Di masa transisi ini, implementasi demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalamberpolitik, sedangkan masalah ekonomi masih terpinggirkan. Maka muncul kepincangandalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Politik dan ekonomi adalah dua sisi yangberbeda dalam sekeping mata uang, maka masalah ekonomi pun harus mendapatperhatian yang serius dalam implementasi demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi.Semakin rendahnya tingkat kehidupan ekonomi rakyat akan berdampak buruk bagidemokrasi karena kuatnya bidang politik ternyata belum bisa mengarahkan kepadaperbaikan ekonomi. Melemahnya ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain,seperti masalah sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang lemah jelas tidak bisamemperkuat demokrasi, bahkan justru bisa memperlemah demokrasi.Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru yangmemiliki kebebasan berpendapat, berserikat, berumpul, berpolitik dimana masyarakatmengharap adanya iklim ekonomi yang kondusif. Untuk menghadapi tantangan danmengelola harapan ini agar menjadi kenyataan dibutuhkan kerjasama antar kelompok danpartai politik agar demokrasi bisa berkembang ke arah yang lebih baik.

sumber :http://www.scribd.com/doc/54687313/Dampak-Positif-Dan-Negatif-Demokrasi Read More..

demokrasi terpimpin

1. Sejarah munculnya demokrasi terpimpin
Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.

Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.

2. Pengertian demokrasi terpimpin
Masa demokrasi terpimpin (1957-1965) dimulai dengan tumbangnya demokrasi parlementer atau demokrasi liberal yang ditandai pengunduran Ali Sastroamidjojo sebagai perdana mentri. Namun begitu, penegasan pemberlakuan demokrasi terpimpin dimulai setelah dibubarkannya badan konstituante dan dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh sila keempat Pancasila.

Namun oleh Presiden Soekarno diartikan terpimpin mutlak oleh presiden (penguasa).Hal yang paling mendasari pembentukan demokrasi terpimpin adalah kepribadian Soekarno dan militer yang dituangkan dalam suatu konsepsi. Konsepsi tentang suatu sistem yang asli Indonesia. Namun sistem ini ditolak oleh Hatta karena dikawatirkan bahwa hal ini akan kembali pada sistem tradisional yang feodal, otokratis, dan hanya dipakai demi kepentingan raja.

Sumber: http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/1991739-sejarah-dan-pengertian-demokrasi-terpimpin/#ixzz1RDxU2mPE Read More..

Globalisasi dan Orde Baru Dunia

Takrif

Menurut Kamus Dewan, globalisasi membawa maksud "fenomena yang menjadikan dunia kelihatan mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan kepantasan perkembangan teknologi maklumat."[1].



Globalisasi merupakan satu proses untuk meletakkan dunia di bawah satu unit yang sama tanpa dibatasi oleh sempadan dan kedudukan geografi sesebuah negara. Melalui proses ini, dunia akhirnya tidak lagi mempunyai sempadan dengan ruang udara dan langit sesebuah negara itu terbuka luas untuk dimasuki oleh pelbagai maklumat yang disalurkan menerusi pelbagai perantaraan media komunikasi seperti internet, media elektronik, dan teknologi siber. Perkembangan ini memungkinkan perhubungan di antara sesebuah negara dengan negara yang lain dan perhubungan sesama manusia dapat dilakukan dalam tempoh yang singkat."[2]



Manakala cediakawan barat mentakrifkan globalisasi sebagai satu proses kehidupan yang serba luas dan infiniti merangkumi segala aspek kehidupan seperti politik, sosial, dan ekonomi yang boleh dirasai oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Ini bermakna segala-galanya menjadi milik bersama dalam konsep dunia tanpa sempadan. [3]



Globalisasi juga merujuk kepada perpindahan nilai, terutamanya cara berfikir dan gaya bertindak dari satu daerah dunia kepada daerah dunia yg lain. Globalisasi yang diberi erti luas ini adalah suatu hakikat yang tidak dapat dipertikaikan. Hakikatnya globalisasi itu sudah wujud sebelum istilah globalisasi diperkenalkan lagi. Fenomena globalisasi boleh dikiaskan sebagai gelombang yang melanda dunia." [4]



Globalisasi dalam erti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi dalam bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam pelbagai konteks sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Misalnya, globalisasi dapat diertikan sebagai:

* pembentukan desa global (global village) - yang bererti konteks yang lebih erat antara pelbagai pelosok dunia, meningkatnya interaksi personal, saling kerja sama dan persahabatan antara penduduk dunia.
* globalisasi ekonomi - meningkatnya perdagangan bebas dan meningkatnya hubungan antara pelaku ekonomi di pelbagai negara.

Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi, dan istilah ini sering dipertukarkan. Sebahagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peranan negara atau batas-batas negara.[5]

Orang-orang Perancis menggunakan perkataan "Mondialisation" dalam menerangkan globalisasi. Manakala orang-orang Amerika dan Inggeris pula menggunakan perkataan Inggeris "Globalization" yang mula-mula muncul di Amerika Syarikat. Ia membawa maksud mengumumkan sesuatu dan meluaskan kawasannya agar merangkumi semua.[6]



Berdasarkan maksud tersebut, bolehlah diandaikan bahawa seruan kepada globalisasi ini jika dilaungkan oleh negara atau kumpulan tertentu, ia bererti menjadikan cara hidup negara atau kumpulan tersebut menyeluruh dan diguna pakai oleh dunia[7]. Dengan kata lain, percubaan untuk menjadikan seluruh manusia di dunia meniru cara hidup mereka dengan apa cara sekalipun.



Justeru, tidak hairanlah jika ada sesetengah pengkaji melihat globalisasi sebagai satu proses pengamerikaan dunia. Begitu jugalah ada pengkaji yang mentakrifkannya sebagai sistem kapitalis Amerika yang cuba untuk menguasai dunia. Hal ini kerana seruan kepada globalisasi ini bermula di Amerika Syarikat.



Dr. Yusuf al-Qaradawi berpendapat:

"Adapun globalisasi, kami melihat - berdasarkan seruannya sehingga ke hari ini - ia adalah pemaksaan penguasaan politik, ekonomi, budaya dan sosial daripada Amerika Syarikat terhadap dunia, khususnya dunia timur dan dunia ketiga, bahkan secara lebih khusus, dunia Islam." [8]



Bolehlah disimpulkan di sini bahawa globalisasi merupakan salah satu daripada penjajahan baru yang lebih merbahaya dan licik daripada Amerika Syarikat untuk menguasasi dunia dalam segala aspek, sama ada ekonomi, sosial, budaya dan politik. Justeru, tidak hairanlah ada gerakan dari barat sendiri, secara khususnya di negara-negara Eropah yang menentang globalisasi[9]. Beberapa sesi tunjuk perasaan telah mereka buat di bandar-bandar besar dunia untuk mengkritik globalisasi dan mengajak penduduk dunia menentangnya.



Sejarah Globalisasi



Telah menjadi tabiat manusia, mereka berkeinginan untuk menguasai pihak yang lain. Justeru, berlakulah pelbagai pergaduhan dan peperangan dalam sejarah manusia, bermula dari zaman dahulu hinggalah ke hari ini, untuk melaksanakan keinginan tersebut. Keinginan untuk berkuasa ini bukan sahaja berbentuk peribadi, bahkan ia juga berbentuk kelompok. Dengan kata lain, keinginan tersebut dimiliki oleh sesuatu bangsa atau umat untuk menguasai bangsa dan umat yang lain.

Memandangkan manusia telah dianugerahkan oleh Allah kemampuan untuk berfikir, maka pertelingkahan dan peperangan yang berlaku untuk memuaskan keinginan tersebut berlaku dalam pelbagai bentuk. Kalau dahulu mereka berperang dengan hanya menggunakan senjata kuno seperti pisau, pedang dan lembing, namun kini mereka menggunakan peralatan yang lebih canggih seperti senapang, bom dan sebagainya.

Dalam menerangkan perkara ini, seorang pengkaji berkata:

"Peperangan dan bentuk-bentuknya semakin maju dengan majunya akal manusia. Persenjataan juga semakin maju bermula dengan penggunaan besi dan api hingga berakhir dengan senjata nuklear di penghujung perang dunia yang disaksikan oleh umat manusia pada tahun 1945 yang menandakan munculnya kuasa baru dunia iaitu Amerika Syarikat"[10]



Memandangkan peperangan sedemikian rupa memerlukan kepada modal yang tinggi dan meninggalkan kesan yang sangat negatif dari apsek harta dan moral, maka manusia berfikir cara baru dalam mencari kekuasaan. Berkaitan perkara ini, berkata Dr. Mustafa Abdul Ghani:

"Sebelum sempat Kuasa Perikatan bersedia untuk keluar daripada Perang Dunia Kedua dengan kemenangan, Amerika Syarikat telah cuba memperkukuhkan peranan imperialisnya yang baru. Kita tahu bahawa Persidangan Bretton Woods yang berlangsung pada 1/7/1944 hingga 22/7/1944 adalah dianjurkan oleh Amerika. Dalam persidangan tersebut bermulalah kisah pertubuhan-pertubuhan antarabangsa yang digunakan oleh Amerika Syarikat untuk memperkuat cengkamannya terhadap negara-negara yang lain. Dalam persidangan itu juga, dua perjanjian telah berjaya dibentuk iaitu tabung wang dan bank dunia. Selepas itu[11], Perjanjian Am Mengenai Taarif Dan Perdagangan telah dibuat. Secara zahir pada awalnya, ia hanyalah sebagai badan sementara berkaitan perdagangan."[12]



Justeru, di sinilah bermulanya sejarah globalisasi yang ada pada hari ini. Pertubuhan-pertubuhan dunia yang ditubuhkan tersebut akhirnya digunakan oleh kuasa-kuasa besar, secara khususnya Amerika Syarikat, untuk menguasai dunia keseluruhannya. Pengusaan Amerika ini semakin kukuh apabila GATT bertukar kepada Pertubuhan Perdagangan Dunia (WTO). Ia tidak lain tidak bukan hanyalah dibuat untuk menjaga kepentingan negara perindustrian maju, khasnya Amerika Syarikat[13].



Begitu jugalah, globalisasi sebenarnya adalah sistem kapitalisme lama yang berwajah baru. Sejarah membuktikan, pada kurun ke 19, negara-negara kapitalis menunjukkan belangnya dengan menjajah negara-negara lain dan mengaut sebanyak mungkin hasil buminya, tanpa mengambil kira dimensi sosial ketika mereka menjajah. Dengan kata lain, mereka menzalimi rakyat negara yang mereka jajahi. Sebagai tindak balas daripada gejala ini, sistem sosialisme – yang lebih mengambil kira dimensi sosial - diterima oleh golongan yang dizalimi ini.



Kesannya, berlakukan sistem dua kuasa dunia atau dua kutub. Kutub pertama diwakili oleh Amerika Syarikat yang merupakan negara kapitalisme dan kedua diwakili oleh Kesatuan Soviet yang merupakan negara sosialisme. Justeru, berlakulah perang dingin di antara kedua-dua kutub tersebut sekitar kurun ke 20. Pada ketika itu, kapitalisme tidak mampu menunjukkan belangnya dan berselindung di belakang tabir dimensi sosial. Namun, apabila Kesatuan Soviet runtuh sekitar tahun 90an, mereka tidak segan silu untuk menunjukkan wajah lamanya yang sebenar. Apa yang berlaku di Afghanistan dan Iraq membuktikan perkara ini. Inilah yang disebut sebagai globalisasi[14].



Kesan Negatif dan Positif Globalisasi

Sungguhpun globalisasi adalah satu sistem barat yang tidak Islam, ia perlu dikaji dan disaring aspek-aspek negatif dan positifnya. Adalah tidak bijak untuk mengumumkan hukuman kepada apa jua perkara baru, sama ada ia baik atau buruk, tanpa dikaji terlebih dahulu dengan teliti. Imam Ghazali ketika berhadapan dengan cabaran falsafah Yunani di zamannya, tidak terlalu cepat mengeluarkan hukuman kepada falsafah tersebut. Bahkan, beliau mengkaji baik buruknya perkara tersebut sehingga mampu mengeluarkan perkara positif daripada banyak perkara negatif yang terdapat dalam falsafah Yunani. Justeru, globalisasi juga perlu dikaji buruk dan baiknya sehingga umat Islam mampu mempergunakan aspek positif yang ada untuk menentang keburukan-keburukan globalisasi.

Kesan Negatif

Terdapat banyak kesan negatif yang timbul daripada globalisasi, antaranya:

1. Proses Pengamerikaan Dunia[15]

Ia merupakan proses untuk menjadikan budaya Amerika diikut oleh semua penduduk dunia. Proses ini akhirnya akan merosakkan budaya-budaya lain selain budaya Amerika. Perkara ini tidak menjadi negatif sekiranya budaya Amerika adalah budaya yang baik, bertepatan dengan fitrah kejadian manusia dan agama Islam. Namun sebaliknya, budaya Amerika merupakan budaya yang kebanyakannya bertentangan dengan akhlak dan ajaran Islam. Budaya gay dan seks bebas merupakan contoh yang jelas.



Mereka menggunakan media massa untuk menyebarkan luaskan budaya mereka. Filem-filem yang mereka buat di Hollywood, di samping dapat mendatangkan keuntungan yang berlipat kali ganda kepada Amerika, ia digunakan untuk tujuan mempromosikan budaya mereka kepada dunia. Bukan itu sahaja, budaya makanan segera seperti Kentucky Fried Chicken dan Mc Donald cuba diterapkan kepada penduduk dunia. Proses pengamerikaan ini akhirnya akan menjadikan sesuatu bangsa lebih berbangga untuk mengikut budaya Amerika daripada budayanya sendiri, bahkan sampai ke tahap memandang rendah kepada budaya ibundanya sendiri.



2. Kemiskinan dan Penindasan

Menurut Dr. Yusuf al-Qaradawi "Sesungguhnya globalisasi seperti yang dilihat hari ini, hanyalah untuk kebaikan golongan yang kuat terhadap yang lemah, untuk keuntungan yang kaya terhadap golongan miskin dan untuk manfaat blok utara yang kaya tehadap blok selatan yang miskin"[16]. Kenyataan tersebut jelas menunjukkan kesan negatif globalisasi. Dalam sistem globalisasi, negara yang kaya akan bertambah kaya, manakala yang miskin akan terus miskin.

Pertubuhan-pertubuhan antarabangsa seperti Bank Dunia berperanan dalam mewujudkan jurang yang besar di antara negara blok utara dan blok selatan. Negara-negara dunia ketiga yang berada di blok selatan, ketika berhutang dengan Bank Dunia, akan dikenakan faedah dan syarat-syarat tertentu yang rata-ratanya akan mendatangkan kesan negatif kepada peminjam.

Begitu jugalah, dengan wujudnya WTO, kemiskinan dan penindasan akan berterusan. Hal ini kerana WTO membentuk satu persaingan bebas dalam perdagangan[17]. Sudah pasti, negara blok selatan yang masih merangkak tidak mampu mengejar, apatah lagi menyaingi negara-negara maju di blok utara. Justeru, inilah "penjajahan lama yang berwajah dan bernama baru"[18].



Kesan Positif



Di samping kesan-kesan negatif, Globalisasi juga mempunyai kesan positif. Antaranya ialah teknologi maklumat. Dengan wujudnya teknologi ini, manusia dapat berhubung dengan mudah dan pantas. Dunia dirasakan seolah-olah satu kampung. Perkara yang berlaku beribu batu daripada diketahui dalam masa yang sangat singkat dan dengan cara yang sangat mudah. Justeru, ini semua boleh diguna pakai oleh semua penduduk dunia untuk memudahkan urusan mereka. Bahkan lebih daripada itu, ia boleh digunakan oleh umat Islam untuk menyampaikan dakwah dengan lebih mantap di era yang penuh cabaran ini.



Teknologi Maklumat



Mengikut satu definisi, secara ringkasnya teknologi maklumat boleh dianggap sebagai "cara baru penyimpan, memproses dan menyalurkan maklumat yang dihasilkan oleh pembangunan yang pantas dalam bidang elektronik, pengkomputeran dan telekomunikasi"[19].



Satu lagi definisi teknologi maklumat yang lebih luas pengertiannya ialah:

"...teknologi maklumat bermaksud pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran dan penggunaan maklumat. Ia tidak terkongkong kepada perkakasan atau perisian, tetapi mengiktiraf kepentingan manusia serta matlamat yang diletakkannya bagi teknologi tersebut, nilai-nilai yang digunakan untuk membuat pilihan, penilaian kriteria yang digunakan untuk memutuskan sama ada ia yang mengawal teknologi itu dan diperkayakan olehnya."[20]



Di dalam Ensiklopedia bebas, teknologi maklumat ditakrifkan sebagai:

"teknologi yang diperlukan untuk pemprosesan data. Ia merupakan satu tajuk yang sangat luas berkenaan segala aspek dalam pengurusan dan pemprosesan maklumat. Secara tepatnya menggunakan komputer digital dan perisian komputer untuk mengubah, menyimpan, melindungi, memproses, memindah, melihat dan mendapatkan maklumat tanpa mengira tempat dan waktu."[21]

Berdasarkan takrifan-takrifan tersebut dapatlah difahami bahawa teknologi maklumat bukanlah perkara yang terlalu baru. Ia telah wujud dengan wujudnya komputer. Bahkan sebelum kewujudan komputer sekalipun ia boleh dikatakan telah wujud juga.

[1] Teuku Iskandar (Dr.), et al., Kamus Dewan, Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka, Cet. 5, Edisi 3, 2000, Hal. 408

[2] __________, Globalisasi, http://cyberkembara.tripod.com/global.html, 11-07-05

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] __________, Globalisasi, Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi, 17-07-05

[6] Yusuf al-Qaradawi (Dr.), Mafhum al-`Aulamah wa Maza Ta`ani?, http://www.islamonline.net/Arabic/contemporary/2003/02/article01.shtml, 29-06-05

[7] Ibid.

[8] Ibid.

[9] Lihat: `Ammar Talibi, al-`Aulamah wa Atharuha `ala al-Sulukiyat wa al-Akhlaq, http://www.islamset.com/arabic/aioms/globe/res/index.html, 10-07-05

[10] Mahmud al-Qulaini, al-Fikr al-Islami wa Mustajaddat al-`Asr, Kaherah, al-Majlis al-A`ala li al-Shuu'n al-Islamiah, 1426H-2005M, Hal. 18

[11] Secara tepatnya, GATT ditubuhkan pada tahun 1948 pada persidangan PBB yang bertempat di Havana, Amerika Syarikat. Lihat: Soleh Abdullah Bawazir, Ta'thir Ittifaqiah Himayah Huquq al-Milkiah `Ala Sina`ah al-Adwiah al-Jinnisah fi al-Dual al-Namiah, http://www.islamset.com/arabic/aioms/globe/res/index.html, 10-07-05

[12] Mustafa Abdul Ghani, al-Jat (GATT) wa al-Tab`eah al-Thaqafiah, Dipetik oleh Mahmud al-Qulaini, Op. Cit., Hal. 19

[13] Lihat: Mahmud al-Qulaini, Op. Cit., Hal. 23

[14] Lihat: Rif`at al-`AwadAhi (Prof. Dr.), al-Nidham al-Iqtisadi fi al-Islam, Kaherah, American Open University, t.t., Hal. 68

[15] Lihat: Ghazi al-Taubah, al-`Aulamah: al-Akhtar wa Kaifiat al-Muwajahah, http://alwaei.com/topics/current/article.php?sdd=588, 10-07-05

[16] Yusuf al-Qaradawi (Dr.), Mafhum al-`Aulamah wa Maza Ta`ani?, Op. Cit.

[17] Lihat: Zaid Muhammad al-Rummani, al-`Aulamah al-Iqtisadiah, http://alwaei.com/topics/current/article.php?sdd=948, 10-07-05

[18] Yusuf al-Qaradawi (Dr.), Mafhum al-`Aulamah wa Maza Ta`ani?, Op. Cit.

[19] Dzulkifli Abdul Razak (Dato' Prof.), Ke Arah Masyarakat Bermaklumat Yang Sihat: Arus Telefarmasi dalam Farmakoterapi pada Abad ke-21, http://www.lib.usm.my/press/SSU/DZUL/ledakan.html, 10-07-05

[20] Ibid.

[21] __________, Teknologi Maklumat, Wikipedia Ensaiklopedia bebas, http://ms.wikipedia.org/wiki/Teknologi_maklumat, 10-07-05 Read More..